Sabtu, 14 Maret 2015

”Kencan yuk!”


Pertama kali kamu mengucapkan kalimat ringkas itu, aku cuma bisa melongo. Betapa tidak, kita sudah dekat lebih dari dua tahun. Kita bertemu sedikitnya 10 jam seminggu pada jam kerja, kecuali kamu sedang menghabiskan berpuluh-puluh jam di luar negeri di mana aku tidak harus mengurusi kalian. Weekend pun kita lalui bersama, dari mulai nonton film kesukaanku di bioskop sampai main ke sport center terdekat. Berapa kali aja aku main ke rumah ayahmu untuk membicarakan dirimu dengan kedua orangtuamu. Aku kenal kamu luar dalam, bahkan hal-hal yang nggak kamu sadari ada dalam dirimu pun aku tau.

Tapi yang membuatku melongo pertama adalah, berapa kali sudah aku mengatakan bahwa nggak akan pernah ada hubungan khusus di antara aku dan kalian yang ada di tanganku. Kode etik lah, biasa. Sesama artis aja kalian nggak boleh menjalin hubungan asmara kan? Apalagi dengan profesi khusus sepertiku.

Hal kedua yang membuatku terheran adalah, lalu kau anggap apa kita keluar bareng di luar acara kantor itu? Pergi ke bioskop itu? Makan bareng itu? Belanja? Ah tunggu, memang semuanya bisa melakukan itu tanpa harus menjalin hubungan khusus. Dua orang cewek yang sedang memperebutkan hati seorang pangeran yang sama aja bisa belanja sampai nyalon bareng.

"Ah, jangan salah sangka dulu! Maksudku... eh, aku nggak maksa kok. Uuh, kamu... boleh nolak kalau nggak suka aku atau... eeeh..."

Kegugupanmu membuatku makin heran. Seolah jika kujawab dengan "Hey, kamu kan sudah aku anggap sebagai kakak sendiri" itu malah akan membuatmu mematung dan kemudian hancur berkeping-keping. Maka dari itu, aku tetap terdiam dan mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses.

Melihatku diam, kamu juga terdiam. Menunduk kemudian terduduk lunglai di depanku.
Kupegang tanganmu dan kucari wajahmu. Kuberikan senyum yang entah mengekspresikan apa. Namun tak ada sepatah katapun bisa kukeluarkan. Dan kita tak pernah membahas hal itu lagi di kemudian hari.

―☆―

Satu tahun sudah berlalu.

Dua bulan lalu kamu kembali menemuiku, mengatakan hal yang sama. Sekali lagi membuatku ternganga. Kamu nggak ada capeknya ya, mengatakan hal yang sama. Betapa sabarnya.

Tapi tetap saja aku menerimamu.

Aku tak bisa mengingkari perasaan bahwa sejak mulai mengenalmu di bulan kedua setelah pertemuan pertamaku dengan kalian, aku mulai merasakan ketertarikan. Yang awalnya hanya karena kamu berbeda, sampai kemudian aku sadar perasaan inilah yang berbeda.

Lagipula 5 bulan setelah kamu mengatakan hal yang sama, kontrak kerjaku dengan kalian habis. Dan aku juga sudah mempunyai "anak asuh" baru. Dengan kata lain, hubungan "lebih jauh" kita tak akan lagi menjadi terlarang. Dan kau pun sudah tak banyak menghabiskan waktu di luar Jepang. Pun kalau iya, aku bisa mengatasinya dengan kesibukanku yang segudang.

Walaupun kegiatan kita nggak beda jauh juga dari sebelum kau mengatakan kalimat itu. Kau hanya akan mengejutkanku dengan buket bunga ukuran raksasa yang tiba-tiba ada di meja makan apartemenku, lengkap dengan semangkuk tom yam kung buatanmu. Atau mengirimiku cake besar yang ujung-ujungnya aku bagikan kepada seluruh teman sekantor karena nggak bakal kuat ngabisin sendiri. Kau akan mengajakku jalan ke game center, menuju UFO catcher dan bersikeras mendapatkan boneka dari sana untuk diberikan padaku.

"Udah deh, nggak usah. Pindah ke tempat lain aja yuk"

"Duh sekali lagi deh. Gemes nih."

"Tapi kamu udah ngabisin 10 koin di sini. Kurasa itu udah bisa dapetin boneka yang sama di toko sebelah"

"Nggak ada usahanya itu... Sekali lagi aja deh. Ya?"

Kau akan memasang muka yang melelehkanku. Aku hanya terdiam sampai kau merasa bahwa itu adalah lampu hijau dan kembali bermain. Hingga kemudian aku pergi begitu saja. Menuju toko sebelah. Dan kau menyusulku tanpa membawa apapun, meninggalkan mesin yang masih menjalankan perintahmu.

Kadang aku menemukan bahwa sifat telaten, sabar dan ngototmu itu bisa jadi menguntungkan. Saat belajar, misalnya. Karena tekun, kamu nggak akan berhenti belajar sampai benar-benar bisa. Di sisi lain bisa jadi merugikan, ya kalau kamu main game beginian misalnya. Karena kamu nggak akan menyerah sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Well, aku akan menunggumu sabar dan telaten saat menghabiskan waktu bersamaku, untuk mempelajariku, sampai akhirnya kalimat ringkas nan saktimu padaku pun berubah menjadi "Nikah yuk!"

Sleman hujan pagi hari 
10 Maret 2015; 2.40

Minggu, 15 Februari 2015

Selasa, 07 Oktober 2014

The Other Side (2)

Ruangan ini gelap sekali. Padahal derap langkahmu sudah memenuhi koridor rumah sejak tadi. Kucuran air dan denting logam menggema di kejauhan. Cahaya di sebelah ruangan menyisakan temaram. Setidaknya aku tak lagi sendirian.

Kudengar langkahmu mendekat, memasuki ruangan. Bahkan dalam gelap pun dapat kurasakan.

"Klik."
Suara kecil terdengar diikuti cahaya berpendar. Walaupun hanya sebagian ruang yang diterangi, wajah sempurnamu tak dapat bersembunyi. Kau tarik kursi dan segera duduk di depan meja, tepat di depan sumber cahaya berada. Kau hirup dalam-dalam harum larutan kopi yang tak terlalu pekat dalam cangkir kaca, sebelum menyeruput dan kemudian meletakkannya di atas tatakan. Kau tersenyum, wajahmu menunjukkan kenyamanan. Kacamata yang kau kenakan membuatmu semakin tampan.

Kau raih sebendel kertas berjilid spiral dengan sampul minimalis, "Bahasa Inggris Tingkat Menengah". Dapat kukatakan bahwa akhir-akhir ini kau kecanduan, bukan pada wanita namun pengetahuan. Beberapa minggu lalu kupergoki kau asyik mempelajari psikologi musik. Di lain masa kau belajar percakapan mendasar beberapa bahasa di benua Eropa.

"Lelah aku dibilang bodoh. Apa guna rupawan jika otak pas-pasan? Mungkin belum terlambat untukku mengejar." keluhmu suatu minggu sepulang belanja sambil membawa sekardus buku. Hal yang tak biasa melihat sejumlah bahan bacaan menggantikan tas-tas pakaian.

Dan sejak saat itulah kau meluangkan berjam-jam, bahkan setelah di studio seharian. Tak kenal lelah, kau habiskan malam-malammu membaca hingga semburat fajar mengintip di luar rumah. Matamu pun tak malas menelusuri layar laptop demi memuaskan keingintahuan terhadap dunia luar. Sampai kau tak sadar kantong di bawah matamu kian membesar.

Terasa mengherankan. Bukankah penggemar dan teman-temanmu tak pernah menyoalkan kesalahan yang kau buat karena keterbatasanmu? Bukankah cukup wajahmu, sikapmu yang sedingin es namun pandai merayu, sifatmu yang pekerja keras dan bertanggung jawab untuk hidup? Mendapatkan wanita dengan kepribadianmu itu pun kurasa kau sanggup.

"Malu juga ditertawakan penggemar hanya karena bahasa asingku terdengar paling nggak beraturan." Teringat celetukanmu suatu hari saat kau jelajahi fancam tur Asia Eropa pertama kalian. Tawa yang terpaksa kau lepaskan menemui komentar-komentar 'pedas' dari para penggemar. Mereka mana tahu kau sebenarnya begitu perasa. Namun sejak saat itulah kau tak ingin lagi ditertawakan. Kau putuskan kembali ke balik meja bukan hanya untuk berkarya, namun juga untuk belajar.

Bibirmu bergerak-gerak sambil sesekali menyuarakan beberapa kata bahasa Inggris. Meja yang berdecit teratur namun ringan menandakan kakimu yang tak bisa tenang. Kau gariskan pewarna di beberapa kalimat dan membuat catatan. Sesekali kau benahi kacamata berbingkai tebalmu, ataupun merasakan beberapa teguk kopi untuk membuatmu tetap terjaga. Kau pancarkan aura serius yang kurasa tak semua orang tahu. Well, kaulah pria misterius yang tak membiarkan seorang wanita pun bermalam di rumahmu.

Beberapa jam telah berjalan. Berpuluh halaman telah kau tuntaskan. Melepas kacamata, kau pijat area di antara kedua alismu ringan sambil menutup mata. Tak seperti kedua temanmu yang terbiasa menghabiskan waktunya di sini seharian membaca novel atau manga, menekuri halaman sebanyak itu dan menjaga perhatian pada bacaan pastilah bukan hal mudah bagimu. Karena itulah kau tak terlalu suka belajar. Namun itulah kau. Sekali motivasi berkembang di dalam diri, pantang berhenti! Walaupun jika terlalu keras, lantas kau berangsur malas.

Beranjak dari kursimu yang empuk, kau berjalan menghampiriku. Kau nyalakan lampu yang berada tepat di atasku, memberikanmu pencahayaan yang cukup hingga aku dapat menikmati keelokan dan kulit bak pualammu. Kau semakin mendekat. Sungguh kau ukiran tanpa cacat.

"Ah, sudah memerah..." ujarmu sambil melebarkan kelopak mata kananmu. Sepasang mata bola yang bagai dibuat dari dua buah bintang di luar angkasa. Kau ambil sebuah wadah mungil dari lemari kayu kecil yang menempel di dinding sampingku, kau isi dengan semacam cairan bening sebagian. Kau tempelkan sejenak di mata dan mundur perlahan hingga menemukan kursimu. Terduduk bersandar beberapa waktu.

Tak lama kemudian kau kembali padaku. Memasukkan kembali wadah ke tempat semula dan mematut-matut berbagai ekspresi wajah aneh di hadapanku, membuatmu tersenyum geli sendiri sebelum mematikan lampu yang sempurna menerangimu.

"Sudah jam tiga ya. Wah, nggak kerasa." Kau kembalikan buku ke tempat kau mengambilnya setelah kau batasi. Berjalan ke dinding seberang dan sejenak berdiri. Mengamati benda yang tak hanya menyekat ruangan, namun juga penuh sejuta impian. Mulai dari wisata alam yang ingin kau datangi, gadis yang ingin kau nikahi hingga efek gitar yang ingin kau beli. Kau usap rak di bawahnya tempatmu menyimpan benda-benda yang kau anggap berharga; kenangan dari orang-orang tercinta, pemberian sahabat maupun hadiah dari penggemar dari seluruh pelosok Bumi. Menyapukan lembut tanganmu di salah satu foto yang tertempel di dinding, kau berkata, "Tak sabar menanti tur besok. See ya... World"

Berjalan pelan kau sambil terkekeh menuju meja tempatmu membaca. Dengan sekali sentuh tanganmu dan ruangan pun gelap.

"Selamat tidur." begitulah kau berucap walau tak ada siapapun yang akan menjawab. Dan bayangan indahmu pun perlahan menjauh...

Selamat tidur.

Senin, 06 Oktober 2014

The Other Side (1)

Terdengar suara pintu depan terbuka dan lampu menyala semenit kemudian. Ruangan ini menjadi terang. Melangkah cepat, kau lempar tote bag-mu ke lantai berkarpet tebal hingga memuntahkan beberapa isinya dan merebahlah kau ke sofa. Telentang dengan kaki menggantung, kau hela nafasmu panjang.

"Sampai rumah juga. Capek."

Kau lirik aku yang berdiri mematung 4 meter di sisi kirimu. Terdiam, seperti menahan nafas.
"Hai, Tampan."
Kau tunjukkan padaku seringai lebarmu yang disusul gelak tawa tanpa suaramu.
Sejenak, kemudian diam lagi. Kali ini kau pandang langit-langit putih di atasmu.

Entah apa yang ada di pikiranmu.

Tiba-tiba saja kau bergulung ke sisi kiri dan berdiri di depanku. Matamu terbuka lebar, dahimu berkerut, bibirmu mengerucut. Kau pertahankan ekspresimu beberapa saat sebelum kemudian matamu menatap sayu dan helaan nafasmu menerpaku.

"Entah sampai kapan aku harus memasang wajah seperti ini. Di depan fans, staff, kenalan, dan bahkan teman-temanku sendiri." ucapmu lirih, diikuti senyum simpul tertahan. Tersirat kekecewaan terhadap dirimu sendiri dalam suaramu barusan. Kau angkat kedua tanganmu dan kau tempelkan di sisi kedua wajah, lalu kau gerakkan mereka seolah sedang melepas topeng, dan membuangnya.

Yang tersisa adalah cahaya redup di sana.
"Siapa yang benar-benar mengerti aku?"
Aku tak mengerti.

"Wawancara di majalah ini bilang begini, cerita di antara teman-temanku bilang begitu. Aku bahkan tak tahu apa yang sudah, sedang dan akan kukatakan."
Kau menunduk sembari tangan kananmu menempel padaku.
"Sedangkan orang-orang itu... mereka berbicara seolah sudah mengerti aku, apa yang sudah kulalui selama aku hidup!" suaramu kasar, dapat kurasakan suhu tubuhmu meningkat. Kemudian tanganmu mengepal.

"Hah, omong kosong!"
Kau berpaling dariku, membuang nafas dengan berat. Menuju ke seberang ruangan dimana lemari penyimpan makananmu berada. Kau kembali ke sofa dengan membawa sekaleng soda dan kotak kecil. Ah tunggu. Itu bir. Dan... mengapa kau mengambil pemantik di tempat lilin yang berada di sampingmu?

Kau nikmati seseruput sebelum kemudian kau tarik sebentuk silinder ramping berwarna putih yang kau sulut dengan pemantik hadiah penggemarmu ―yang sebenarnya untuk leadermu namun kau ambil karena kau suka.

Bukannya tak pernah tahu kau membiasakan diri dengan nikotin, tapi kau tak pernah mengonsumsinya kecuali benar-benar lelah. Lelah mental.

Matamu menerawang ke sampingku, tembok di mana kau gantungkan kolase memori bersama teman-temanmu dalam pigura-pigura tertata. Asap dari bibir mungilmu menghilang perlahan seperti senyum ceriamu yang memudar beberapa hari belakangan. Kau bangun dan menghampiri mereka, yang tadinya hanya kau amati dari sofa.

"Bahkan wanita-wanita cantik berambut emas bermata indah ini pun... tak sanggup mengusir kesendirianku. Tak mampu memahami isi pikiranku." Kau tersenyum sinis, kemudian berbalik setelah kau dengar bunyi dentingan dari ponselmu yang tergeletak pasrah di atas karpet. Bersimpuh, kau tarikan jemarimu di atas layar dan kembali tersenyum sinis ―yang bahkan bisa kurasakan walau kau membelakangiku.

"Mau apa gadis ini ke sini? Emily, Emily... kukira kau berbeda." Kau biarkan pesan itu begitu saja, tak berbalas. Kau hempaskan lagi badanmu ke sofa, menikmati lagi asap demi asap. Menghisapnya dalam-dalam agar kau dapatkan jumlah besar relaksan yang dalam tujuh detik masuk mencampuri darahmu ke paru-paru, berpacu ke otak dan segera merangsang pelepasan neurotransmiter serta meningkatkan aktivitas serotonin yang berdampak pada efek sedatif ringan. Kau tutup mata rapat di antara kepulan pekat.

Masih tak mengerti dengan masalah yang membebani pikirmu.

"Gadis-gadis itu..." seolah kau mampu membacaku, "... hanya mengejar kelelakianku saja. Membosankan. Tak adakah wanita yang benar-benar ingin berbagi perasaan denganku? Bukan hanya berbagi materi dan nafsu." Kau benamkan rokok yang sudah terbakar separuh keras-keras ke dalam asbak di bawah tempatmu duduk. Seringaimu menunjukkan amarah. Kemudian kau lempar punggungmu ke sandaran. Menatap langit-langit, lagi.

Kali ini, dapat kulihat pantulan cahaya di matamu yang berkaca-kaca. Namun tak kulihat air mata. Hanya sebuah senyum yang kaupaksakan ikhlas. Seperti senyum yang kauberikan di pagi hari kepada gadis-gadis yang kau ajak bermalam di apartemen ini.

Tak akan pernah mampu memahami jiwamu yang langka itu, walau aku mengetahui rahasia terdalammu. Tak akan sanggup menyelami kedalaman pikiranmu, walau aku mengawasi setiap milidetik lakumu. Tak dapat kubayangkan para penggemarmu, gadis-gadis pencintamu, seandainya mereka tahu lelaki pujaannya merasa begini tersiksa di saat hatinya hampa, hahaha... bahkan mereka tak pernah tahu kau bisa merasakannya juga. Mungkin, mereka malah tak mau peduli. Hanya aku di sini. Tapi yang kau butuhkan hanyalah harapan : bertemu seseorang yang dapat mengisi kekosongan itu. Suatu hari nanti, entah siapa...
Bukankah begitu?

Lelah kau menengadah, kau pejamkan mata sejenak, membiarkan tetes air mata membuncah mengaliri wajah sebelum meraih pemutar musik di sisi sofa.

"When I was a child everybody smiled, nobody knows me at all
Very late at night and in the morning light, nobody knows me at all
Now I got lots of friends, yes, but then again,
 

nobody knows me at all"

Berbaring kau, meringkuk membelakangiku. Membiarkan wajahmu terbenam dalam bantal-bantal kecil hingga kudengar deru nafas lembut teraturmu. Selamat tidur.

Catatan penulis :
Seperti biasa, kejadian setengah jam pun bisa kugambarkan dalam 4.400an karakter, 750an kata. Mungkin aku memang terlalu berlebihan. Hahaha~
Ngomong-ngomong, coba tebak ini siapa :3
Sampai ketemu di 3 karakter selanjutnya. (^o^)

Senin, 17 Maret 2014

SPESIAL ONE OK ROCK

Jadwal Penayangan
Mohon lihat detailnya di bawah 

Penjelasan
Adalah tayangan dalam 4 minggu meliputi gambaran live dan wawancara mengenai tour Eropa dan Asia pertama ONE OK ROCK bertajuk "Who are you?? Who are we??" yang berlangsung di bulan Oktober-Desember 2013.
Tour Eropa dan Asia yang diadakan di 12 venue di 11 negara dan merupakan "tantangan baru berskala dunia", antusiasme fans luar negeri, bermacam drama di balik layar dan sebagainya, tayangan ini merupakan kumpulan footage langka tentang cowok-cowok tsb yang tidak banyak diketahui publik dan sayang untuk dilewatkan.

Informasi
#1
Penayangan pertama : Rabu, 16 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 18 April 2014; 2:45-

#2 Penayangan pertama : Rabu, 23 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 25 April 2014; 2:45-

#3 Penayangan pertama : Rabu, 30 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 2 Mei 2014; 2:45-


Sumber

Sabtu, 15 Maret 2014

Special Crosstalk : Maximum the Hormone x ONE OK ROCK


▶ Di panggung Maximum the Hormone pada SLS hari ini, member ONE OK ROCK menerobos masuk dan menyemprotkan penghilang bau ke member Hormone. Itu sih bener-bener adegan kekerasan terhadap band senior... 
Taka : Eeeh... nggak, nggak, nggak (ngakak)
Daisuke Han : Kaget beneran gue! Tadi itu udah direncanain dari awal ya?
Nao : Aku cuma asal ngomong sih...
Daisuke Han : Etapi bentar deh! Yang keluar tadi kan cuma tiga orang tuh, padahal ONE OK ROCK itu bukannya 4 orang ya? Eeeh, hayo hayo hayo~
Toru : ………aku... di sisi panggung satunya (tersenyum getir)
Taka : Toru emang suka gitu, misalnya pas lagi diskusiin apaa gitu, dia biasanya nggak ikutan
Nao : Nah itu kayak Ue-chan tuh. Kami juga pernah ngalamin begitu. Cuma tiga orang dari kami yang muncul di panggungnya Mr. Children (ngakak)
Ryo-kun : Bener, nggak dinyana kami dipanggil sama member Mr.Children pas encore (SETSTOCK tahun 2008)
Nao : Kami diajakin nyanyi bareng "Namonaki Uta"! Cuma Ue-chan doang yang nonton kami dari tempat penonton (ngakak) Tapi seneng sih ya. Boleh gangguin band ngetop. Waktu itu suara kami paling keras (ngakak)

▶ Sedangkan kalian dikerjain sama junior ya. Tapi baik di ROCK IN JAPAN, SUMMER SONIC, dan hari ini pun jadwal manggungnya berurutan dari ONE OK ROCK lanjut ke Hormone. Kombinasi ini terasa seperti sudah jadi tradisi di festival musim panas tahun ini
Nao : Udah deh ya, susah ngejalaninnya nih, berat!

▶ Lho kenapa?
Nao : Ya itu (manggung bareng OOR) kan berat!!!
Ryo-kun : Aku nggak nganggep mereka junior soalnya. Mereka itu kan rockstar ya.
Taka : Nggak, nggak, nggak! Harusnya kami yang bilang gitu (ngakak)
Daisuke Han : Tapi ya, pas Summer Sonic itu kan panas banget tuh. Terus karena mereka tampil duluan, aku nanya "Gimana rasanya?", eh masak dibilang, "Mendingan nggak usah terlalu ngoyo deh" Maksudnya apaan coba?!!
Taka : Lah, di atas panggung itu kan panasnya sekitar 42 derajat. Makanya aku bilang, "Kalau dari awal udah maksa, nanti bisa pingsan lho"
Tomoya : Hari itu kan panasnya gila-gilaan
Nao : Dan bisa-bisanya di tengah panas yang nggak karuan itu, member ONE OK ROCK masih kelihatan ganteng bersinar walaupun mandi keringat. Seperti yang pernah aku bilang, pas event Summer Sonic kemarin itu rasanya, "ah, bisa dijilat deh tuh keringat"
Semua member ONE OK ROCK : Ahahahahaha!
Daisuke Han : Bisa banget dirasain tuh! Terserah kalian mau ketawa ya, emang beneran kok!! Aku sempat kepikiran untuk ngambil sedotan terus ngehisap keringet kalian!
Nao : Heh! Gila lo (ngakak)

▶ Sedangkan kalian, gimana rasanya kalau Hormone manggung setelah kalian?
Taka : Nggak sukaaa. Soalnya mereka kan pasti lebih seru―
Ryo-kun : (sambil menutup mulut* rapat-rapat) "Nggak suka. Manggung sebelum orang-orang tua nggak penting kaya' mereka~"
Taka : Jangan gitu dong (ngakak). Kalian ini kan livenya pasti seru jadi kami enggan, gitu maksudnya. Kami sampai pernah kepikiran untuk tampil dengan cara yang beda jauh dari biasanya lho. Kami kan nggak pernah bisa ngelucu...
Daisuke Han : Eh kamu salah! Bukan gitu ya. Ngelucu itu cuma sampingan!!
Taka : Iya emang sampingan sih, tapi MC kalian lucu banget, dan kupikir kalian terlalu pintar ngelucu
Daisuke Han : Sebenarnya aku baru mau bilang kalau itu kerjaan Ue-chan yang tiap hari bikin naskah MC
Ryota : Eh!?
Tomoya : Masa' sih?
Nao : Nah ini nih, tipe-tipe yang langsung percaya gitu aja
Daisuke Han: Ya masa' beneran sih! Kalian ini terlalu polos, ngerti nggak?!
Nao : Yang bener aja, masa' rhythm section-nya bodo banget (ngakak)

▶ Wah kalian benar-benar akrab ya. Sejak kapan sih, hubungan seperti ini terjalin? Kalau Daisuke Han udah ngedukung mereka sejak lama ya.
Daisuke Han : Yep. Aku selalu nonton mereka manggung.
Ue-chan : Dulu, aku pernah datang ke live-nya ONE OK ROCK, nonton di lantai 2. Terus, kan ada cewek yang sepertinya fans gitu datang ke aku dan mungkin nganggep aku staff jadi dia bilang gini ke aku, "Maaf, aku ingin memberikan hadiah pada Taka"
Semua : *spontan tertawa*
Nao : Parah! Kena deh, lo!! (ngakak)

▶ Lalu apa yang kamu lakukan?
Ue-chan : Ya udah kubilang, "Aah...... maaf tapi aku nggak ngerti soal beginian"
Taka : Aku bener-bener minta maaf soal itu (ngakak)
Ryo-kun : Member ONE OK ROCK kan kalau di festival gitu selalu ngelihat Hormone manggung dari samping dan kemudian menyalami kami di backstage. Nah, kesan pertamaku adalah― saat aku baru ngobrol sama Taka, aku menangkap sorotan mata tajam dari sudut mataku. Terus pas ngerasa aneh gitu, yang aku lihat―
Daisuke Han & Nao : Toru!
Ryo-kun : Iya, Toru ngelihatin aku dengan mata melotot

▶ Tatapan mata Toru menghujam sekali ya (ngakak).
Toru : Padahal aku ngelihatinnya biasa aja kok. Aku baru fokus ngedengerin obrolan soalnya. Waktu itu kan aku belum pernah ngobrol sama sekali, jadi aku berpikir, "Ini nggak apa nih, nyalamin begini?". Bagi kami, kalian ini band yang terlalu cadas sehingga kamipun jadi gugup. Kami mengenal kalian sebelum kita tampil bareng untuk pertama kalinya; dampak dari melihat konser kalian tuh bener-bener mengena.
Tomoya : Aku juga, pertama kali pergi ke livehouse itu nonton konsernya Hormone. Aku nonton di livehouse deket rumah, tapi sejak saat itu aku langsung suka dan ngefans berat. Karena itulah aku seneng banget pas udah fix bisa manggung bareng kalian di Nagoya kemudian bisa barengan di after-party, rasanya jadi deket gitu. Seneng banget lah rasanya (ngakak)
Ryo-kun : Ooh, yang konser di Nagoya pas Oyaji Garare TOUR itu ya. Itu menyenangkan sekali loh.
Ryota : Di situlah aku berjuang untuk bisa ngobrol sama Ue-chan dan kamipun jadi akrab. Terus pas konser udah selesai, kami semakin blak-blakan di after-party
Ue-chan : Ujung-ujungnya, dua bocah rhythm section itu datang ke kamarku di hotel dan kami minum-minum sampai pagi.
Daisuke Han : Jarang-jarang lho, Ue-chan mau masukin orang ke kamarnya
Ryota : Maka dari itu... sejak manggung bareng di Nagoya itu aku jadi makin suka. Emang paling ampuh sih ya
Taka : Kami, adalah generasi yang mengagumi mereka. Membeli CD mereka seperti biasa, headbang tanpa henti di sisi panggung saat mereka bermain. Hormone adalah band yang konsernya paling digemari di angkatan kami. Karena kami selalu menjadi fans, nggak pernah kebayang bisa bisa sedekat ini sama mereka...... baru-baru ini sih, akhirnya kami bisa dibilang deket sama band yang sangat kami sukai dan menjadi lebih dari sekedar senior kami.
Daisuke Han : Dulu, Taka itu adalah orang pertama yang nelpon aku kalau Hormone ngerilis DVD. Saat itu kami belum mengenal satu sama lain dan dia bilang, "Aku nonton DVD kalian lho". Ditelpon begitu, rasanya seneng banget.
Taka : Aku nonton DVDnya barengan sama yang lain lho
Nao : Wah so sweet~ Menghemat uang jajan juga kan!
Daisuke Han : Bungkus, bungkus! Berapa aja bungkus deh!

▶(ngakak) Cukup sering muncul bareng di festival tahun ini, apakah kalian merasa seperti menyemarakkan musik rock dan festival bersama-sama dengan kedua band ini?
Nao : Walaupun dibilang kedua band, aku sih merasa, "Ini semua tentang ONE OK ROCK" (ngakak)
Daisuke Han : Mas-mas ONE OK ROCK (ngakak). Nah kan, kita tukeran posisi sama kalian
Taka : Udah deh, serius! Ini bisa berdampak cukup serius karena bakalan jadi tulisan lho!
Nao : Ya tapi kita kan beneran segan. Habis, setiap kali ONE OK ROCK mulai main, seisi backstage langsung keluar nontonin kalian.
Taka : Jangan becanda deh. Serius. Bisa main bareng kalian aja kami udah seneng banget. Itu saja udah cukup.

▶ Terus kalian main bareng lagi kan ya? Kalau nggak salah di hari pertama tour-nya Hormone yang di Hachioji MATCH VOX kan?
Daisuke Han : Iya, akhirnya kesampaian juga.
Taka : Selama kurang lebih 2 tahun ini jadwal kami padat banget, jadi pas diminta untuk tampil bareng sama band lain pun kami nggak bisa dengan seenaknya jawab, "Ayok deh!". Tapi kalau Hormone sih jelas kami bakal mengiyakan. Cuma Hormone lho, yang bisa langsung kami sanggupi dengan cepat.
Ryo-kun : Yang pas di Nagoya kemarin juga kalian langsung bergegas datang dari Taiwan, kan ya
Daisuke Han : Ho oh, ho oh. Dengan jadwal sepadat itu, kalian menyempatkan untuk datang. Kalian mau datang ke Hachioji, rumah kami yang (venue-nya) kapasitas penontonnya sedikit dan panas menyengat bak neraka saking sempitnya.

Saking panasnya sampai rasanya bakalan turun tonkotsu maupun tetesan air hangat-hangat dari atas, gitu ya*―

Daisuke Han: Nggak, nggak separah itu juga, 'kali! Nggak ada AC rusak juga. Nggak segitunya kok ―(tanpa ekspresi)
Taka : Ah yang bener? (ngakak)

▶ Tapi serius ya, parah banget itu tempat.
Taka : Nggak apa, kami seneng kok udah diajakin manggung di kampung halamannya Hormone. Karena itulah kami sangat ingin datang dengan penuh semangat.

▶ Sebagai pihak yang mengundang, gimana perasaan kalian bisa mengajak ONE OK ROCK?
Nao : Pas manggung bareng di Nagoya, sambil menyaksikan mereka dari sisi panggung aku mikir, "Nggak ada kesempatan semilipun (buat Hormone) untuk menang (lawan mereka)" dan juga, "Kita nggak bisa dihabisi di Hachioji, rumah kita sendiri!" (ngakak)
Taka : Serem ah, dihabisi (ngakak)
Nao : Tapi jujur aja, mengajak ONE OK ROCK ke Hachioji itu menaikkan pasaran kami. Yang terakhir kali begitu sih sudah lama sejak mengajak ELLEGARDEN!

▶ Kalau gitu, besok konser bareng lagi, sampai pagi di kamar Ue-chan lagi.
Daisuke Han : Ngomong-ngomong, untuk yang selanjutnya kita after-party-nya di rumah Ue-chan aja yuk (ngakak)
Ue-chan :…………(senyum kecut)

▶ Yang terakhir nih, musim festival kan akan segera berakhir, jadi aku ingin sedikit mereview musim panas kali ini. Bagaimana ONE OK ROCK, album "JinseixKimi=" kalian yang rilis menyambut musim panas?
Taka : Perasaan dimana pada akhirnya bisa menikmati festival itu kerasa banget ya. Sebelumnya nggak pernah enjoy soalnya. Bisa bersantai, bisa menikmati festival itu sendiri, dan bahkan bisa meredam keinginan untuk main lagi dan lagi. Kalau dulu-dulu kami sedikit ngerasa gugup dan deg-degan, akhirnya sekarang kami bisa tampil menjadi diri kami sendiri. Bener-bener musim panas yang menyenangkan.
Toru : Iya, emang menyenangkan. Banyak senior yang bisa kami ajak ngobrol kayak gini, dan kamipun bisa melakukan apa yang nggak bisa kami lakukan sebelumnya. Musim panas tahun ini rasanya lebih menyenangkan.

▶ Kupikir ini juga menjadi musim panas yang penting bagi Hormone karena kalian merilis album setelah sekian lama nggak ngerilis apapun.
Daisuke Han : Iya ya. Kami membawakan lagu baru dari album juga. O ya, kami kan bikin video klip "Koi no Sperma" yang gokilnya pas dengan keinginan kami. Nah ketika ngeliat langsung segitu banyak penonton menirukan kegokilan itu, rasa senangnya nggak bisa diungkapin pake kata-kata deh
Nao : Selain itu, kebahagiaan itu juga kerasa pas para senior termasuk Tokyo Ska Paradise pada bilang ke kami, "Eh album barunya bagus banget loh". (ngomong ke OOR) Tapi, band kaya' kalian kan udah keren banget, jadi kalian nggak usah terlalu ngoyo deh. Biar kami aja yang berjuang sekuat tenaga. Fufufufufufufu
Taka : Yee, nanti kita kalah dong sama kalian (ngakak)
Nao : Tapi memang musim panas ini adalah saat kami harus berjuang dengan keras.
Ryo-kun : Cuman gini ya, aku dari awal mikir bahwa festival kaya di musim panas gini nggak terlalu klop sama musik rock―jadi ada kalanya aku ngeluh sendiri "duh, aku nggak mau tampil di festival" tapi paling niat buat ngikutin meeting-nya Hormone sampai pagi
Semuanya : Hahahahaha!
Ryo-kun : Kalau di festival kan karena di ruang terbuka, kerasnya suara kan jadi terbatas. Sedangkan musik rock itu menurutku ya sebaiknya dimainkan dengan volume yang lebih menggelegar. Maka dari itu aku pribadi lebih suka main di livehouse, tapi aku bersyukur kok, sudah diundang ke festival. Dan karena sudah diperbolehkan tampil jadinya aku ingin menikmatinya pas manggung. Nah, hari ini sudah mengubah cara pandangku itu dan mengajarkanku banyak hal.

▶ Hari ini pun jadi konser yang sungguh tak terduga ya.
Ryo-kun : Kalau nggak gitu, egoku bakalan capek sendiri juga sih. Tapi kalau pada akhirnya aku mau blak-blakan dan mengeluh ke member yang lain, "Ini kalau suaranya nggak bisa lebih keras lagi, aku nggak mau manggung di festival!", paling cuma bakalan ditendang dan dikeroyok sama mereka (ngakak). Terus endingnya kami nggak bisa muncul lagi dimanapun dan nggak ada yang mau disama-samain dengan Hormone (ngakak).

Note :
*guyonan dari interviewer, Om Shikano. Jadi maksudnya, saking panas dan sempitnya itu livehouse, kan sampai berminyak gitu tuh tubuh orang-orang di situ. Saking berminyak dan panasnya seolah-olah venue itu bisa membuat mereka menjadi pork bones soup (tonkotsu = pork bones )
Jujur deh, line itu, dan beberapa line selanjutnya, serta beberapa bagian, emang aku nggak terlalu nangkap. Jadi maaf kalau ada salah-salah terjemahan ya :D
Oya, maaf juga kalau tata bahasanya masih agak aneh, nanti aku benerin lagi deh ^^;
Aisssh sampai lupa kan >< Credit gambar dan scan-an majalah ke Ai-chan/23-chan Yang bahasa Inggrisnya entaraaaan kalau udah mood :p

Rabu, 05 Maret 2014

Setelah Sekian Lama

Wherever you go, whatever you do, I wish I could follow you down
Dessy di sini.

Udah lama ya, nggak nge-update di sini. Banyak blog yang diurus sih. Jadi bingung kan mau nge-updatenya gimana.(。・_・。)

Tapi berhubung suka galau sama bahasa Inggris setiap kali nerjemahin, ada baiknya setiap nerjemahin, artikel diterjemahin ke bahasa Indonesia dulu aja kali ya. Dengan begitu kan ni page ikut kebagian peran juga, nampung artikel yang belum jadi (・∀・)
Kayak yang barusan. Ngomongin gears sih asik-asik aja, asal ngerti. Lha kalau nggak paham ya gitu deh, jadi males dan lama banget nerjemahinnya -_-

Ohiya, setelah sekian lama nggak muncul di sini, ada banyak hal terjadi.
Mulai dari kesampaian nonton konser, sampai ngerasa lebih deket secara personal ke Tomoya.
Dari dulu juga ngerasa lebih deket sih :p ←Iih siapanya coba
Aku memang fans yang buruk ya (´・_・`) Tapi aku mungkin memang bukan fans Tomoya.

Karena gimana juga, aku ngerasain yang lebih dari itu. Lebih seneng, lebih sedih, lebih tenang, lebih sakit, lebih galau, lebih damai, lebih bahagia...all of those feelings thanks to this guy ↓

No no no, bukan yang baju strip biru-item. -_- Jamil makes me feel nothing but jealous XD

Dan udah beberapa hari ini nggak bisa nahan airmata kalau ngelihat wajah dia. Kangeeen banget rasanya. Pas nulis ini, pas ngedit ni gambar aja udah ditahan-tahan sebelum mengganggu orang serumah. Makanya aku jadi agak ogah nge-update Tumblr. Air mata bisa kering cuma gara-gara ngeliat dan ngedit gambar ni cowok hebat yang bisa mengaduk-aduk perasaanku bak tukang bakso (apaan coba).

Mungkin karena dia kelamaan di negeri orang, 'kali ya. Aku nggak ngerti sih dia bolak balik apa enggak. Tapi yang jelas aku kangen, pengen dia cepet-cepet balik ke Jepang. Lebih tenang kalau tau dia di rumahnya sendiri :(
Dan aku nggak suka dia kelamaan di Amrik :/ Nggak peduli dia jadi dapet cewek di sana sampai jadian apa nggak, aku hanya nggak tenang dia di sana.

Yaah.. semoga dia baik-baik aja. Dan bisa jaga diri dan hatinya sendiri. Percaya deh... aku percaya kok sama Tomoya :) *peluk Tomoya dari jauh*

I should stop before everything's out of my reach and goes too personal ^^
Next translation hopefully this weekend, CD&DL Data 2010.
See ya ^^)/
Template developed by Confluent Forms LLC