Selasa, 04 Agustus 2015

[Fitur] Wawancara ONE OK ROCK tentang album baru "35xxxv" ~ Di sinilah kami berjuang mati-matian untuk keluar dari cangkang~


Berpartisipasi di Vans Warped Tour, merilis film dokumenter "FOOL COOL ROCK!", menggelar sold-out concert selama 2 hari di Yokohama Stadium serta tour Amerika, Amerika Latin dan Eropa; ONE OK ROCK kembali menjadi bahan perbincangan utama industri musik di tahun 2014. Mereka yang mempunyai fanbase sangat besar di seluruh penjuru dunia akhirnya berhasil merampungkan album baru bertajuk "35xxxv" setelah 2 tahun dari rilisan album sebelumnya. Album yang dikerjakan di Amerika dengan melanjutkan proses rekaman single "Mighty Long Fall" ini memasukkan lebih banyak alternative sound yang menakjubkan, menjadikannya karya yang diharapkan mampu memperkuat eksistensi mereka di luar Jepang. Pada kesempatan ini, kami berbincang dengan vokalis Taka mengenai cerita di balik pembuatan album dan kondisi terbaru band.

"Kami nggak terlalu mengejar kesempurnaan pada album sebelumnya 'JinseixBoku=' yang kemudian menjadikannya album dengan segala kekurangan. Nah, menurutku album '35xxxv' ini menjadi kebalikan dari album tersebut"

Sabtu, 14 Maret 2015

”Kencan yuk!”


Pertama kali kamu mengucapkan kalimat ringkas itu, aku cuma bisa melongo. Betapa tidak, kita sudah dekat lebih dari dua tahun. Kita bertemu sedikitnya 10 jam seminggu pada jam kerja, kecuali kamu sedang menghabiskan berpuluh-puluh jam di luar negeri di mana aku tidak harus mengurusi kalian. Weekend pun kita lalui bersama, dari mulai nonton film kesukaanku di bioskop sampai main ke sport center terdekat. Berapa kali aja aku main ke rumah ayahmu untuk membicarakan dirimu dengan kedua orangtuamu. Aku kenal kamu luar dalam, bahkan hal-hal yang nggak kamu sadari ada dalam dirimu pun aku tau.

Tapi yang membuatku melongo pertama adalah, berapa kali sudah aku mengatakan bahwa nggak akan pernah ada hubungan khusus di antara aku dan kalian yang ada di tanganku. Kode etik lah, biasa. Sesama artis aja kalian nggak boleh menjalin hubungan asmara kan? Apalagi dengan profesi khusus sepertiku.

Hal kedua yang membuatku terheran adalah, lalu kau anggap apa kita keluar bareng di luar acara kantor itu? Pergi ke bioskop itu? Makan bareng itu? Belanja? Ah tunggu, memang semuanya bisa melakukan itu tanpa harus menjalin hubungan khusus. Dua orang cewek yang sedang memperebutkan hati seorang pangeran yang sama aja bisa belanja sampai nyalon bareng.

"Ah, jangan salah sangka dulu! Maksudku... eh, aku nggak maksa kok. Uuh, kamu... boleh nolak kalau nggak suka aku atau... eeeh..."

Kegugupanmu membuatku makin heran. Seolah jika kujawab dengan "Hey, kamu kan sudah aku anggap sebagai kakak sendiri" itu malah akan membuatmu mematung dan kemudian hancur berkeping-keping. Maka dari itu, aku tetap terdiam dan mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses.

Melihatku diam, kamu juga terdiam. Menunduk kemudian terduduk lunglai di depanku.
Kupegang tanganmu dan kucari wajahmu. Kuberikan senyum yang entah mengekspresikan apa. Namun tak ada sepatah katapun bisa kukeluarkan. Dan kita tak pernah membahas hal itu lagi di kemudian hari.

―☆―

Satu tahun sudah berlalu.

Dua bulan lalu kamu kembali menemuiku, mengatakan hal yang sama. Sekali lagi membuatku ternganga. Kamu nggak ada capeknya ya, mengatakan hal yang sama. Betapa sabarnya.

Tapi tetap saja aku menerimamu.

Aku tak bisa mengingkari perasaan bahwa sejak mulai mengenalmu di bulan kedua setelah pertemuan pertamaku dengan kalian, aku mulai merasakan ketertarikan. Yang awalnya hanya karena kamu berbeda, sampai kemudian aku sadar perasaan inilah yang berbeda.

Lagipula 5 bulan setelah kamu mengatakan hal yang sama, kontrak kerjaku dengan kalian habis. Dan aku juga sudah mempunyai "anak asuh" baru. Dengan kata lain, hubungan "lebih jauh" kita tak akan lagi menjadi terlarang. Dan kau pun sudah tak banyak menghabiskan waktu di luar Jepang. Pun kalau iya, aku bisa mengatasinya dengan kesibukanku yang segudang.

Walaupun kegiatan kita nggak beda jauh juga dari sebelum kau mengatakan kalimat itu. Kau hanya akan mengejutkanku dengan buket bunga ukuran raksasa yang tiba-tiba ada di meja makan apartemenku, lengkap dengan semangkuk tom yam kung buatanmu. Atau mengirimiku cake besar yang ujung-ujungnya aku bagikan kepada seluruh teman sekantor karena nggak bakal kuat ngabisin sendiri. Kau akan mengajakku jalan ke game center, menuju UFO catcher dan bersikeras mendapatkan boneka dari sana untuk diberikan padaku.

"Udah deh, nggak usah. Pindah ke tempat lain aja yuk"

"Duh sekali lagi deh. Gemes nih."

"Tapi kamu udah ngabisin 10 koin di sini. Kurasa itu udah bisa dapetin boneka yang sama di toko sebelah"

"Nggak ada usahanya itu... Sekali lagi aja deh. Ya?"

Kau akan memasang muka yang melelehkanku. Aku hanya terdiam sampai kau merasa bahwa itu adalah lampu hijau dan kembali bermain. Hingga kemudian aku pergi begitu saja. Menuju toko sebelah. Dan kau menyusulku tanpa membawa apapun, meninggalkan mesin yang masih menjalankan perintahmu.

Kadang aku menemukan bahwa sifat telaten, sabar dan ngototmu itu bisa jadi menguntungkan. Saat belajar, misalnya. Karena tekun, kamu nggak akan berhenti belajar sampai benar-benar bisa. Di sisi lain bisa jadi merugikan, ya kalau kamu main game beginian misalnya. Karena kamu nggak akan menyerah sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Well, aku akan menunggumu sabar dan telaten saat menghabiskan waktu bersamaku, untuk mempelajariku, sampai akhirnya kalimat ringkas nan saktimu padaku pun berubah menjadi "Nikah yuk!"

Sleman hujan pagi hari 
10 Maret 2015; 2.40

Selasa, 10 Maret 2015

Motivasi ONE OK ROCK Untuk Merambah Dunia Internasional

Musik yang bagus tidak mengenal warna kulit maupun batas negara, apakah musik itu disukai atau kurang disukai, keren ataupun norak. Walaupun fakta berbicara begitu, kenyataannya ada berapa sih band yang mau beraksi untuk membuktikannya? Yang mau menunjukkan bahwa fakta tersebut benar adanya. Band yang sangat sesuai dengan pernyataan itu salah satunya adalah ONE OK ROCK, yang telah menghabiskan tahun lalu dengan berpartipasi dalam tur sirkuit terbesar di hampir seluruh daratan Amerika "Vans Warped Tour" serta mengadakan 20 konser di 20 venue di 15 negara Amerika Latin dan Eropa. Pada rentang waktu yang sama, mereka terbang ke Amerika demi menjalani keseluruhan proses pembuatan album "35xxxv" mulai dari awal rekaman hingga mixing.

Januari ini ONE OK ROCK bersama dengan Yellowcard, Tonight Alive dan Ghost town ―band sejawat yang mereka kenal selama konser di luar negeri, baru saja berpartisipasi dalam tur bertajuk "Ten hundred Miles Tour 2015" yang diselenggarakan AP Japan dan Tokyo Loud. Ada acara yang diadakan dimana band dalam negeri berlaku sebagai host dan mengundang artis luar negeri. Namun bertemu dan berteman akrab dengan band Barat di panggung luar negeri kemudian dipertemukan kembali di panggung dalam negeri; band yang mengalami hal seperti ini memang jarang sekali. Acara semacam itu seperti memahami ONE OK ROCK yang sering melakukan aktivitas di luar negeri.

Apakah yang sebenarnya mendorong band ini untuk mewujudkan visi yang mereka genggam sejak pembentukan band yaitu go international? Kemudian apakah makna album baru "35xxxv" ini bagi para member, album yang membawa band sound sebagai elemen utamanya ditambah sentuhan dramatis dalam skala yang lebih besar? Wawancara kami dengan seluruh member akan menambah wawasanmu tentang ONE OK ROCK yang baru.

Minggu, 15 Februari 2015

Selasa, 07 Oktober 2014

The Other Side (2)

Ruangan ini gelap sekali. Padahal derap langkahmu sudah memenuhi koridor rumah sejak tadi. Kucuran air dan denting logam menggema di kejauhan. Cahaya di sebelah ruangan menyisakan temaram. Setidaknya aku tak lagi sendirian.

Kudengar langkahmu mendekat, memasuki ruangan. Bahkan dalam gelap pun dapat kurasakan.

"Klik."
Suara kecil terdengar diikuti cahaya berpendar. Walaupun hanya sebagian ruang yang diterangi, wajah sempurnamu tak dapat bersembunyi. Kau tarik kursi dan segera duduk di depan meja, tepat di depan sumber cahaya berada. Kau hirup dalam-dalam harum larutan kopi yang tak terlalu pekat dalam cangkir kaca, sebelum menyeruput dan kemudian meletakkannya di atas tatakan. Kau tersenyum, wajahmu menunjukkan kenyamanan. Kacamata yang kau kenakan membuatmu semakin tampan.

Kau raih sebendel kertas berjilid spiral dengan sampul minimalis, "Bahasa Inggris Tingkat Menengah". Dapat kukatakan bahwa akhir-akhir ini kau kecanduan, bukan pada wanita namun pengetahuan. Beberapa minggu lalu kupergoki kau asyik mempelajari psikologi musik. Di lain masa kau belajar percakapan mendasar beberapa bahasa di benua Eropa.

"Lelah aku dibilang bodoh. Apa guna rupawan jika otak pas-pasan? Mungkin belum terlambat untukku mengejar." keluhmu suatu minggu sepulang belanja sambil membawa sekardus buku. Hal yang tak biasa melihat sejumlah bahan bacaan menggantikan tas-tas pakaian.

Dan sejak saat itulah kau meluangkan berjam-jam, bahkan setelah di studio seharian. Tak kenal lelah, kau habiskan malam-malammu membaca hingga semburat fajar mengintip di luar rumah. Matamu pun tak malas menelusuri layar laptop demi memuaskan keingintahuan terhadap dunia luar. Sampai kau tak sadar kantong di bawah matamu kian membesar.

Terasa mengherankan. Bukankah penggemar dan teman-temanmu tak pernah menyoalkan kesalahan yang kau buat karena keterbatasanmu? Bukankah cukup wajahmu, sikapmu yang sedingin es namun pandai merayu, sifatmu yang pekerja keras dan bertanggung jawab untuk hidup? Mendapatkan wanita dengan kepribadianmu itu pun kurasa kau sanggup.

"Malu juga ditertawakan penggemar hanya karena bahasa asingku terdengar paling nggak beraturan." Teringat celetukanmu suatu hari saat kau jelajahi fancam tur Asia Eropa pertama kalian. Tawa yang terpaksa kau lepaskan menemui komentar-komentar 'pedas' dari para penggemar. Mereka mana tahu kau sebenarnya begitu perasa. Namun sejak saat itulah kau tak ingin lagi ditertawakan. Kau putuskan kembali ke balik meja bukan hanya untuk berkarya, namun juga untuk belajar.

Bibirmu bergerak-gerak sambil sesekali menyuarakan beberapa kata bahasa Inggris. Meja yang berdecit teratur namun ringan menandakan kakimu yang tak bisa tenang. Kau gariskan pewarna di beberapa kalimat dan membuat catatan. Sesekali kau benahi kacamata berbingkai tebalmu, ataupun merasakan beberapa teguk kopi untuk membuatmu tetap terjaga. Kau pancarkan aura serius yang kurasa tak semua orang tahu. Well, kaulah pria misterius yang tak membiarkan seorang wanita pun bermalam di rumahmu.

Beberapa jam telah berjalan. Berpuluh halaman telah kau tuntaskan. Melepas kacamata, kau pijat area di antara kedua alismu ringan sambil menutup mata. Tak seperti kedua temanmu yang terbiasa menghabiskan waktunya di sini seharian membaca novel atau manga, menekuri halaman sebanyak itu dan menjaga perhatian pada bacaan pastilah bukan hal mudah bagimu. Karena itulah kau tak terlalu suka belajar. Namun itulah kau. Sekali motivasi berkembang di dalam diri, pantang berhenti! Walaupun jika terlalu keras, lantas kau berangsur malas.

Beranjak dari kursimu yang empuk, kau berjalan menghampiriku. Kau nyalakan lampu yang berada tepat di atasku, memberikanmu pencahayaan yang cukup hingga aku dapat menikmati keelokan dan kulit bak pualammu. Kau semakin mendekat. Sungguh kau ukiran tanpa cacat.

"Ah, sudah memerah..." ujarmu sambil melebarkan kelopak mata kananmu. Sepasang mata bola yang bagai dibuat dari dua buah bintang di luar angkasa. Kau ambil sebuah wadah mungil dari lemari kayu kecil yang menempel di dinding sampingku, kau isi dengan semacam cairan bening sebagian. Kau tempelkan sejenak di mata dan mundur perlahan hingga menemukan kursimu. Terduduk bersandar beberapa waktu.

Tak lama kemudian kau kembali padaku. Memasukkan kembali wadah ke tempat semula dan mematut-matut berbagai ekspresi wajah aneh di hadapanku, membuatmu tersenyum geli sendiri sebelum mematikan lampu yang sempurna menerangimu.

"Sudah jam tiga ya. Wah, nggak kerasa." Kau kembalikan buku ke tempat kau mengambilnya setelah kau batasi. Berjalan ke dinding seberang dan sejenak berdiri. Mengamati benda yang tak hanya menyekat ruangan, namun juga penuh sejuta impian. Mulai dari wisata alam yang ingin kau datangi, gadis yang ingin kau nikahi hingga efek gitar yang ingin kau beli. Kau usap rak di bawahnya tempatmu menyimpan benda-benda yang kau anggap berharga; kenangan dari orang-orang tercinta, pemberian sahabat maupun hadiah dari penggemar dari seluruh pelosok Bumi. Menyapukan lembut tanganmu di salah satu foto yang tertempel di dinding, kau berkata, "Tak sabar menanti tur besok. See ya... World"

Berjalan pelan kau sambil terkekeh menuju meja tempatmu membaca. Dengan sekali sentuh tanganmu dan ruangan pun gelap.

"Selamat tidur." begitulah kau berucap walau tak ada siapapun yang akan menjawab. Dan bayangan indahmu pun perlahan menjauh...

Selamat tidur.

Senin, 06 Oktober 2014

The Other Side (1)

Terdengar suara pintu depan terbuka dan lampu menyala semenit kemudian. Ruangan ini menjadi terang. Melangkah cepat, kau lempar tote bag-mu ke lantai berkarpet tebal hingga memuntahkan beberapa isinya dan merebahlah kau ke sofa. Telentang dengan kaki menggantung, kau hela nafasmu panjang.

"Sampai rumah juga. Capek."

Kau lirik aku yang berdiri mematung 4 meter di sisi kirimu. Terdiam, seperti menahan nafas.
"Hai, Tampan."
Kau tunjukkan padaku seringai lebarmu yang disusul gelak tawa tanpa suaramu.
Sejenak, kemudian diam lagi. Kali ini kau pandang langit-langit putih di atasmu.

Entah apa yang ada di pikiranmu.

Tiba-tiba saja kau bergulung ke sisi kiri dan berdiri di depanku. Matamu terbuka lebar, dahimu berkerut, bibirmu mengerucut. Kau pertahankan ekspresimu beberapa saat sebelum kemudian matamu menatap sayu dan helaan nafasmu menerpaku.

"Entah sampai kapan aku harus memasang wajah seperti ini. Di depan fans, staff, kenalan, dan bahkan teman-temanku sendiri." ucapmu lirih, diikuti senyum simpul tertahan. Tersirat kekecewaan terhadap dirimu sendiri dalam suaramu barusan. Kau angkat kedua tanganmu dan kau tempelkan di sisi kedua wajah, lalu kau gerakkan mereka seolah sedang melepas topeng, dan membuangnya.

Yang tersisa adalah cahaya redup di sana.
"Siapa yang benar-benar mengerti aku?"
Aku tak mengerti.

"Wawancara di majalah ini bilang begini, cerita di antara teman-temanku bilang begitu. Aku bahkan tak tahu apa yang sudah, sedang dan akan kukatakan."
Kau menunduk sembari tangan kananmu menempel padaku.
"Sedangkan orang-orang itu... mereka berbicara seolah sudah mengerti aku, apa yang sudah kulalui selama aku hidup!" suaramu kasar, dapat kurasakan suhu tubuhmu meningkat. Kemudian tanganmu mengepal.

"Hah, omong kosong!"
Kau berpaling dariku, membuang nafas dengan berat. Menuju ke seberang ruangan dimana lemari penyimpan makananmu berada. Kau kembali ke sofa dengan membawa sekaleng soda dan kotak kecil. Ah tunggu. Itu bir. Dan... mengapa kau mengambil pemantik di tempat lilin yang berada di sampingmu?

Kau nikmati seseruput sebelum kemudian kau tarik sebentuk silinder ramping berwarna putih yang kau sulut dengan pemantik hadiah penggemarmu ―yang sebenarnya untuk leadermu namun kau ambil karena kau suka.

Bukannya tak pernah tahu kau membiasakan diri dengan nikotin, tapi kau tak pernah mengonsumsinya kecuali benar-benar lelah. Lelah mental.

Matamu menerawang ke sampingku, tembok di mana kau gantungkan kolase memori bersama teman-temanmu dalam pigura-pigura tertata. Asap dari bibir mungilmu menghilang perlahan seperti senyum ceriamu yang memudar beberapa hari belakangan. Kau bangun dan menghampiri mereka, yang tadinya hanya kau amati dari sofa.

"Bahkan wanita-wanita cantik berambut emas bermata indah ini pun... tak sanggup mengusir kesendirianku. Tak mampu memahami isi pikiranku." Kau tersenyum sinis, kemudian berbalik setelah kau dengar bunyi dentingan dari ponselmu yang tergeletak pasrah di atas karpet. Bersimpuh, kau tarikan jemarimu di atas layar dan kembali tersenyum sinis ―yang bahkan bisa kurasakan walau kau membelakangiku.

"Mau apa gadis ini ke sini? Emily, Emily... kukira kau berbeda." Kau biarkan pesan itu begitu saja, tak berbalas. Kau hempaskan lagi badanmu ke sofa, menikmati lagi asap demi asap. Menghisapnya dalam-dalam agar kau dapatkan jumlah besar relaksan yang dalam tujuh detik masuk mencampuri darahmu ke paru-paru, berpacu ke otak dan segera merangsang pelepasan neurotransmiter serta meningkatkan aktivitas serotonin yang berdampak pada efek sedatif ringan. Kau tutup mata rapat di antara kepulan pekat.

Masih tak mengerti dengan masalah yang membebani pikirmu.

"Gadis-gadis itu..." seolah kau mampu membacaku, "... hanya mengejar kelelakianku saja. Membosankan. Tak adakah wanita yang benar-benar ingin berbagi perasaan denganku? Bukan hanya berbagi materi dan nafsu." Kau benamkan rokok yang sudah terbakar separuh keras-keras ke dalam asbak di bawah tempatmu duduk. Seringaimu menunjukkan amarah. Kemudian kau lempar punggungmu ke sandaran. Menatap langit-langit, lagi.

Kali ini, dapat kulihat pantulan cahaya di matamu yang berkaca-kaca. Namun tak kulihat air mata. Hanya sebuah senyum yang kaupaksakan ikhlas. Seperti senyum yang kauberikan di pagi hari kepada gadis-gadis yang kau ajak bermalam di apartemen ini.

Tak akan pernah mampu memahami jiwamu yang langka itu, walau aku mengetahui rahasia terdalammu. Tak akan sanggup menyelami kedalaman pikiranmu, walau aku mengawasi setiap milidetik lakumu. Tak dapat kubayangkan para penggemarmu, gadis-gadis pencintamu, seandainya mereka tahu lelaki pujaannya merasa begini tersiksa di saat hatinya hampa, hahaha... bahkan mereka tak pernah tahu kau bisa merasakannya juga. Mungkin, mereka malah tak mau peduli. Hanya aku di sini. Tapi yang kau butuhkan hanyalah harapan : bertemu seseorang yang dapat mengisi kekosongan itu. Suatu hari nanti, entah siapa...
Bukankah begitu?

Lelah kau menengadah, kau pejamkan mata sejenak, membiarkan tetes air mata membuncah mengaliri wajah sebelum meraih pemutar musik di sisi sofa.

"When I was a child everybody smiled, nobody knows me at all
Very late at night and in the morning light, nobody knows me at all
Now I got lots of friends, yes, but then again,
 

nobody knows me at all"

Berbaring kau, meringkuk membelakangiku. Membiarkan wajahmu terbenam dalam bantal-bantal kecil hingga kudengar deru nafas lembut teraturmu. Selamat tidur.

Catatan penulis :
Seperti biasa, kejadian setengah jam pun bisa kugambarkan dalam 4.400an karakter, 750an kata. Mungkin aku memang terlalu berlebihan. Hahaha~
Ngomong-ngomong, coba tebak ini siapa :3
Sampai ketemu di 3 karakter selanjutnya. (^o^)

Senin, 17 Maret 2014

SPESIAL ONE OK ROCK

Jadwal Penayangan
Mohon lihat detailnya di bawah 

Penjelasan
Adalah tayangan dalam 4 minggu meliputi gambaran live dan wawancara mengenai tour Eropa dan Asia pertama ONE OK ROCK bertajuk "Who are you?? Who are we??" yang berlangsung di bulan Oktober-Desember 2013.
Tour Eropa dan Asia yang diadakan di 12 venue di 11 negara dan merupakan "tantangan baru berskala dunia", antusiasme fans luar negeri, bermacam drama di balik layar dan sebagainya, tayangan ini merupakan kumpulan footage langka tentang cowok-cowok tsb yang tidak banyak diketahui publik dan sayang untuk dilewatkan.

Informasi
#1
Penayangan pertama : Rabu, 16 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 18 April 2014; 2:45-

#2 Penayangan pertama : Rabu, 23 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 25 April 2014; 2:45-

#3 Penayangan pertama : Rabu, 30 April 2014; 22:00-22:15
Pengulangan : Jumat, 2 Mei 2014; 2:45-


Sumber
Template developed by Confluent Forms LLC